Kades Bangsri, Saryanto, saat menyebar pakan ikan di kolam ikan kelompok
Desa Bangsri, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri, belum lama ini. Sekali
panen, kolam ini menghasilkan ribuan ekor ikan gurame, nila dan lele.
(Tika Sekar Arum/JIBI/Solopos)
Kedekatan lokasi dengan Pasar Purwantoro memberi keuntungan pada warga Desa Bangsri, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri.
Warga desa yang terdiri atas empat dusun, lima RW, dan 23 RT itu terbiasa bersinggungan dengan kehidupan pasar. Tak ayal, kondisi itu membuat mereka tahu betul apa saja yang dibutuhkan pasar. Salah satu peluang usaha yang coba ditangkap warga Desa Bangsri adalah budi daya ikan air tawar.
Menurut Kepala Desa (Kades) Bangsri, Saryanto, ide mengembangkan kolam budi daya ikan berawal dari pantauan bahwa selama ini kebutuhan ikan di kalangan masyarakat sekitar dan konsumen yang biasa berbelanja ke Pasar Purwantoro masih kurang. Akhirnya, tahun 2008, 10 orang warga Bangsri bergabung membentuk Kelompok Banyu Bening untuk melakukan budi daya ikan.
Kolam ikan Kelompok Banyu Bening berada di sepetak sawah sekitar 1 kilometer dari kantor desa. Karena berada di sawah, kebutuhan air kolam ini selalu terpenuhi. Kini, kelompok tersebut memiliki lebih dari 10 kolam yang digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari pembesaran nila, gurame dan lele, serta yang terbaru pemijahan lele.
“Kolam untuk pemijahan lele merupakan bantuan dari APBD yang kami terima 2010 lalu, nilainya Rp180 juta. Walau hasilnya belum memuaskan, tapi sekarang sudah menunjukkan perkembangan. Persoalannya paling hanya soal pakan, cacing sutra untuk pemijahan lele harus dibeli dari Kabupaten Sukoharjo,” ungkap Saryanto, saat ditemui Solopos.com di sela-sela memberi pakan ikan di kolam itu, belum lama ini.
Bagi warga Desa Bangsri yang jumlahnya mencapai 4.312 orang dan kebanyakan bekerja sebagai petani dan buruh tani, keberadaan usaha baru berupa budi daya ikan telah membuka cakrawala mereka. Betapa tidak, dari kolam tersebut kelompok bisa menjual sedikitnya 2.000 ekor gurame sekali panen. Untuk nila dan lele, hasilnya bisa lebih dari itu dan lebih cepat panen, nila butuh enam bulan sedangkan lele hanya 2,5 bulan.
Sejak kolam ikan ada di desa, berturut-turut warga mulai kreatif melakukan pengembangan usaha. Sebagai contoh, dua tahun lalu, sebuah usaha peternakan bebek di mulai di desa tersebut. Di luar itu, usaha produksi rambak yang sudah berjalan beberapa tahun juga ikut terdongkrak. Kini, desa yang berbatasan langsung dengan Desa Sumber di sisi barat, Kelurahan Tegalrejo di sisi timur, Kelurahan Purwantoro di sisi utara dan di sisi selatan dengan Desa Gedawung, Kecamatan Kismantoro itu terus mencoba mencari alternatif usaha untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat.
Menurut Saryanto, kendati basis pekerjaan masyarakat masih berkutat pada pertanian namun kenyataannya hanya 25% dari total luas lahan seluruh desa 255,52 hektare yang bisa diolah dengan baik dan hasilnya pun baik. Untuk itu dibutuhkan pengembangkan yang berkelanjutan agar kehidupan masyarakat tidak mandek di tempat.
Sumber: Solo Pos
No comments:
Post a Comment