Budi Heri (30) menunjukan ikan lele asap yang sudah siap disantap, Minggu (26/2/2012)
DEMAK, KOMPAS.com - Kampung 'Bule' sudah tidak asing lagi bagi warga Demak dan sekitarnya. Namun bagi Anda yang belum mengenalnya, tidak ada salahnya untuk berkunjung ke tempat tersebut, dan merasakan sensasi gurihnya ikan lele asap.
Dari pusat kota Demak, kampung yang termasuk wilayah Kecamatan Bonang ini, hanya berjarak 4 kilometer ke arah utara. Hanya diperlukan waktu sekitar 5 menit untuk mencapai lokasi ini.
Ya, kampung bule (jambu dan lele) adalah sebutan untuk Desa Wonosari Kecamatan Bonang Demak. Dinamakan kampung Bule karena sebagian besar masyarakatnya mengembangkan budidaya ikan air tawar umumnya ikan lele yang dipadukan dengan usaha pertanian jambu merah delima. Kedua hasil budidaya tersebut merupakan komoditi andalan warga Wonosari.
Hasil tanaman jambu yang dipanen musiman langsung dijual ke pasar atau pengepul, sedangkan hasil budidaya ikan lele selanjutnya dibuat makanan olahan berupa lele asap. Lele asap yang menjadi primadona di daerah Demak merupakan salah satu hasil kreasi makanan olahan yang bisa tahan sampai dua hari, memang teknik pengasapan adalah salah satu cara pengawetan secara tradisional, dan tidak berbahaya karena bebas bahan pengawet.
Para pembuat lele asap yang mengolah ikan berpatil ini, melakukan pengasapan sehari-hari di rumah pengasapan yang merupakan bantuan pemerintah. Biasanya mereka memulai praktik pengasapan dari pukul 13.00 sampai dengan pukul 20.00, tergantung banyaknya ikan yang hendak diasap.
Bahan bakar untuk mengasapi juga tidak boleh sembarangan, hanya batok kelapa dan tongkol jagung saja yang memenuhi syarat menjadi bahan bakar utama. Alasannya, kedua bahan tersebut tidak mudah menyala tetapi hanya menjadi bara dengan asap tebal yang mengepul.
Menurut Budi Heri (30) saat ditemui di rumah pengasapan ikan desa Wonosari, Minggu (26/2/2012) kemarin, setiap harinya dia mampu memproduksi ikan lele asap sebanyak 25-30 kilogram. "Dengan Modal Rp. 250.000 bisa mendapatkan hasil Rp. 500.000, untungnya separo," terang Budi.
Di pasaran satu ekor ikan lele asap dijual bervariasi antara Rp 3.000-Rp 3.500, tergantung besar kecilnya lele. Kita bisa juga membelinya Rp 15.000 per kilogram isi 5-6 ekor. Cara membuatnya pun juga cukup mudah, ikan lele yang sudah dipanen, dibersihkan kemudian diasapkan. Tunggu beberapa menit maka ikan lele asap sudah bisa dinikmati dan siap dipasarkan.
"Hasil dari pengasapan, ikan lele lebih kenyal dan gurih serta tahan selama dua hari. Ikan lele asap ini bisa langsung dimakan atau digoreng, lebih mantap lagi ditemani nasi panas dan sambal kecap. Pokoknya gurih, coba saja," ujar Budi berpromosi.
Budi menambahkan, guna memenuhi permintaan pasar, selain memproduksi ikan lele asap, para perajin ikan asap di desanya juga meproduksi ikan laut lainnya, seperti ikan manyung, tongkol dan pari. Adapun pemasarannya, selain pasar lokal juga dipasarkan ke Semarang, Purwodadi dan sekitarnya. Para pembeli bisa datang langsung di rumah pengasapan ikan di desa Wonosari.
Sementara itu, menurut Bupati Demak Tafta Zani, pengolahan ikan asap di Kampung Bule, Desa Wonosari sudah ada sejak tahun 1994. Awalnya hanya beberapa perajin ikan lele asap, namun dari hari ke hari para perajin lele asap ini terus bertambah, hingga tahun 2012 ini tercatat ada 135 perajin ikan lele asap. "Apa yang dikembangkan warga Wonosari dengan budidaya bulenya, telah mengubah desa tersebut yang awalnya desa tertinggal menjadi desa percontohan," jelas Tafta Zani.
Tafta Zani berharap semangat juang para perajin ikan di Desa wonosari juga akan ditiru oleh masyarakat di seluruh wilayah Demak, supaya taraf hidup semakin meningkat dengan usaha yang ditekuni dengan gigih dan iklas.
Ari Widodo | Glori K. Wadrianto
No comments:
Post a Comment